logo batamtoday
Jum'at, 29 Maret 2024
JNE EXPRESS


Indeks Kepuasan Jamaah Haji 2019 Sangat Memuaskan
Selasa, 12-11-2019 | 08:04 WIB | Penulis: Opini
 
Dyah Tari Nur'aini, SST.  

Oleh : Dyah Tari Nur'aini, SST.

Bukan hal yang baru, bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah keberangkatan jamaah haji terbesar di dunia. Tahun ini sebanyak 229.613 orang diberangkatkan ke tanah suci untuk berhaji berdasarkan data Kantor Urusan Haji (KUH).

Jumlah ini terdiri dari 212.732 haji reguler dan 16.881 haji khusus. Angka tersebut mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, di mana kuota haji tahun 2018 hanya sebesar 221.000 orang.

Pemahaman masyarakat yang semakin baik membuat tidak hanya orang kaya saja yang bisa berhaji, bahkan orang menengah ke bawah sangat mengusahakan untuk melaksanakan rukun islam yang keenam ini.

Selain itu, seiring berkembangnya zaman, mudahnya proses haji dengan fasilitas dan layanan yang memadai membuat orang tidak ragu untuk melaksanakannya. Tak tanggung-tanggung, terdapat 4.807 petugas haji pada tahun 2019 yang turut membantu terlaksananya ibadah haji dengan baik.

Pelayanan yang disiapkan di antaranya meliputi banyak hal, mulai dari maskapai penerbangan, layanan akomodasi, layanan konsumsi, layanan kesehatan, dan layanan transportasi.

Semua pelayanan tersebut agaknya benar-benar dipersiapkan matang oleh pemerintah, khususnya Kementerian Agama sebagai lembaga penyelenggara haji. Kepuasan jamaah sebagai indikator utama dalam melihat kinerja dari petugas haji pun menunjukan peningkatan yang signifikan.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suharianto menyebutkan jika Indeks Kepuasan Jamaah Haji Indonesia (IKJHI) 2019 meningkat sebanyak 0,68 dibanding tahun sebelumnya. Angka indeks yang mencapai 85,91 di tahun 2019 membuat terjadinya peningkatan kategori menjadi sangat memuaskan.

Ini merupakan capaian terbaik sepanjang dilakukan Survei Kepuasan Jamaah Haji Indonesia sejak tahun 2010. Tercatat IKJHI selama periode 2010 hingga 2014 bergerak fluktuatif, sementara 2015 hingga 2019 selalu menunjukan peningkatan.

Hal ini tentunya menjadi prestasi yang baik dalam pengelolaan pelaksanaan haji. Petugas survei BPS yang terdiri dari 6 orang melakukan hingga empat jenis pengumpulan data, meliputi penyebaran kuesioner, survei online, wawancara langsung, serta observasi atau pengamatan. Penyebaran kuesioner dilakukan menggunakan 12 jenis kuesioner yang didistribusikan melalui ketua regu.

Sementara survei online dilakukan untuk target jamaah haji khusus. Semua cara tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil yang komperhensif.

Bila dirinci menurut jenis pelayanan, hasil indeks kepuasan tertinggi terdapat pada pelayanan transportasi bus shalawat, yaitu sebesar 88,05. Kemudian berturut-turut adalah pelayanan ibadah 87,77; pelayanan katering non Armuzna 87,72; pelayanan petugas 87,66; pelayanan bus antar kota 87,35; pelayanan akomodasi hotel 87,21; pelayanan lain-lain 85,41; pelayanan katering di Armuzna 84,48; pelayanan transportasi bus Armuzna 80,37; dan pelayanan tenda di Armuzna 76,92.

Sementara berdasarkan lokasi tempat pelayanan, Indeks Kepuasan Jamaah tertinggi terdapat pada pelayanan yang dilakukan selama di bandara, yaitu sebesar 87,94, berikutnya secara berturut-turut pelayanan di Makkah 87,89; pelayanan di Madinah 86,44; dan pelayanan di Armuzna 82,57.

Meskipun telah memperoleh indeks kepuasan yang baik, namun pemerintah terutama Kementerian Agama tetap melakukan evaluasi terhadap pelayanan yang kurang maksimal. Informasi tersebut bisa diperoleh dari saran dan masukan yang terdapat pada kuesioner survei BPS.

Misalnya saja untuk ketersediaan tenda dan catering di Armuzna. Tentunya semua itu merupakan ikhtiar untuk melayani para jamaah Indonesia.

Tak dipungkiri karena sebagian besar jamaah yang berangkat adalah orang tua dan lanjut usia yang butuh dibantu dan dibimbing dalam segala aktivitas berhaji.

Meskipun pelayanan yang disediakan telah memuaskan, faktor intern berupa usia dan kesehatan jamaah tetap menjadi faktor penting terhadap keberlangsungan dan keselamatan dalam berhaji. Pada tahun 2019 ini terdapat 401 orang jemaah haji yang meninggal. Angka tersebut melebihi jumlah di tahun 2018 yang hanya sebanyak 385 orang.

Kurangnya menjaga kesehatan dan pola hidup para calon haji membuat tidak siapnya fisik dalam menjalankan rutinitas ibadah haji. Adanya sosialisasi perihal menjaga kebugaran jasmani serta persiapan fisik bagi calon jamaah agaknya penting untuk dilakukan. Tentunya menjadi lebih baik jika disosialisasikan sejak jauh hari untuk persiapan fisik yang matang. Hal ini untuk menghindari banyaknya jamaah yang tidak bisa berangkat karena dinyatakan tidak sehat, maupun mengurangi angka keluhan kesehatan selama berhaji.

Selain sosialisasi persiapan fisik, bekal pengetahuan juga menjadi poin penting dalam menunjang tercapainya haji yang mambrur. Hal ini perlu dimaksimalkan dalam proses manasik haji. Selain pengetahuan lengkap terkait pelaksanaan haji, filosofi setiap kegiatan rangkaian haji juga menjadikan haji semakin berkualitas.

Dengan dibekali ilmu yang menyeluruh terkait manasik haji diharapkan meningkatkan kualitas keagamaan, sikap tertib saat pelaksanaan haji dan menciptakan pribadi yang lebih positif untuk meningkatkan kualitas bangsa. Sikap tertib selama berhaji ini telah terkenal luas sebagai ciri jamaah haji Indonesia yang patut dipertahankan dan ditingkatkan.

Oleh karenanya, catatan penting bagi penyelenggara haji yakni mensosialisasikan persiapan haji lebih giat lagi terhadap calon jamaah. Terutama untuk persiapan fisik yang tidak bisa diperoleh hanya dalam waktu yang singkat. Kemudian penyampaian pemahaman filosofi haji bisa ditingkatkan melalui penyampaian yang mudah dan menarik sehingga dapat dipahami para jemaah yang kebanyakan berusia lanjut.

Penulis adalah Statistisi Ahli Pertama BPS Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara.

KPU BATAM

KPU BATAM

Berita lainnya :
 
 

facebook   twitter   rss   google plus
:: Versi Desktop ::
© 2024 BATAMTODAY.COM All Right Reserved
powered by: 2digit